Langsung ke konten utama

Postingan

PUISI : MANTRA KHATULISTIWA (PUISI PENANGKAL ROH JAHAT)

MANTRA KHATULISTIWA Oleh: Faizin Absárina Castrovilla Saat malam datang menjelang Mebersemai asap tebal di sudut-sudut ruangan Ciptakan decitan pintu yang mengerikan Dan menjelma bayang hitam kegelapan Demi keramatnya tengah malam Jum'at Jangan menyendiri di sudut jendela berkarat Dengan begitu kau boleh datang kapan saja Lalu kita berbincang tentang dua dunia Telah kupersiapkan seribu wewangian Dan jika kau akan datang, jangan membawa kejahatan Sebab telah kurapalkan mantra khatulistiwa Sekar yang akan meluruhkan kesepianmu selamanya Jangan khawatirkan keadaanku Sebab aku 'tak sebejat majikanmu Datanglah dengan penuh kedamaian Dan pamitlah dengan kemerdekaan 10:59 pm - Demak, 2021-April-01 ________________________________ (+) Puisi Mantra Khatulistiwa  terinspirasi dari kisah nyata; roh jahat, kejahatan santet, kekejaman sihir, dan kejahatan tak terlihat lainnya—kejahatan tak melulu jalan keluarnya kejahatan pula, melainkan dengan sabar dan kedamaian. Di mana kamu ...
Postingan terbaru

PUISI : UJUNG SENYAP

UJUNG SENYAP Abraham Alfá | Faizin Absárina Desember yang hujan deras Bak meteor nian terjun tajam Aku yang menggendong rindu nan panas Meluap-luap di bawah guyuran hujan ganas Dentuman jantungku yang menggema Berteriak jiwamu di ujung senyap istana Kau yang dingin sendiri dan merindu Dan aku yang berapi-api ingin menggapaimu Nyalakanlah cahaya gemerlap mercusuar Dan jika sendirimu mulai terserang seribu getir Teriakkan namaku sebanyak-banyaknya Dengan ajaib muncullah cintaku yang istimewa Jangankan Desember yang hujan badai Kemarau hebat Juni pun akan aku lalui Tak gentar jika sekedar cuaca mematikan Demi cinta kita yang harus terselamatkan 07:06 pm - Demak, 2020-Desember-05 Klik Link Video YouTube dibawah untuk mendengarkan: Puisi Ujung Senyap - Faizin Absárina

PUISI : MESIN CUCI YANG RUSAK

MESIN CUCI YANG RUSAK Kisanak, jangan paksa yang telah lelah terus berjalan. Ada kalanya yang jagoan butuh tempat peristirahatan. Pun yang bajingan sedikit banyak pasti terselip rasa belas kasihan. Setinggi-tingginya kapasitas otak, suatu waktu bisa penuh. Sekebal-kebalnya kulit manusia bebal, pastilah suatu masa akan mendapati hari kekalahan. Ada kalanya seorang pecundang menjadi raja di seluruh sendi kehidupan. Ingat.., Langit ketujuh bisa runtuh. Gunung everest pun bisa jatuh. Pondasi kehidupan yang nampaknya berkekalan. Suatu waktu pastilah akan menemukan hari kerusakan. Setidaknya. Berhentilah jika lelah. Menepilah jika jengah. Tabahlah jika kalah. Menunduklah meski menang. Seperti hebatnya kerajaan fir'aun. Luluh lantah. Apalagi kerajaan cintamu! Jagalah dengan baik-baik. Apalagi roda kehidapmu? Rumatlah dengan bijaksana. Bergaya hidup tidak memaksa. Faizin Abasárina ( 04:58 pm - Getas, 2020-07-17 )

PUISI : SEJUTA DOLAR GUBAHAN PERANG

SEJUTA DOLAR GUBAHAN PERANG Pagi ini ku sambung kembali jiwa yang patah. Dengan nafas terengah-engah kan ku buat jiwamu berlutut pasrah. Sejuta dolar syair dendam terdalam. Ku balas dengan triliun dolar puisi yang kelam. Puisi ku hunuskan, kau pun tertunduk diam. Syair kau teriakkan, aku terajam menghilang. Miris! Saling serang dengan kata-kata. Menjelma musuh selamanya. Tapi aku lelah ndess. Kapan kita nge-mie ayam bareng lagi Seperti dulu? Mie ayam kuwu? Kan. Maukah kita saling bunuh! Membunuh virus benci yang terlanjur keruh. Agar kisah kita kembali utuh sebelum terlanjur jauh. Ndess, hilangkan jengah dan janganlah pongah!. Kesini. Santai. Berpuisi. Tanpa tapi. Lalu bernafaslah. Kemudian menikah. Denganku di atas bentangan surga yang kita bangun dengan asah asih asuh. Faizin Absárina ( 07:50 am - Getas, 06-07-20 )

PUISI : MERAH PIPIMU, MEREKAH SENYUMMU

MERAH PIPIMU, MEREKAH SENYUMMU  (טהרבענגניע מאלאיכאת רארא) Hari Minggu dengan gemulai melambai mesra Menembus mata bak pancaran Surya Teriaknya dalam bisik merdu pintanya pulang segera. Ragamu yang sempat turun ke dunia kesakitan Sebentar lagi akan mengangkasa ke singgasana kahyangan. Sorot mata yang berbinar-binar Hati yang menari-nari Sakitmu yang terobati Dan nyawamu yang menjelma puisi. Aku tunggu di tepian surga oh paduka raja Sekarang, dan selama-lamanya Kita kan kembali bermukim, dan memadu cinta bersama. Faizin Abasárina ( 07:35 pm - Jogoloyo,  19-06-20  )

PUISI : MAHLIGAI SUBUH (SATU)

Mahligai Subuh (SATU) Subuh adalah mahligainya orang yang jatuh hati Sebab, di kala subuh melahirkan keramaian ditengah keheningan Melahirkan keindahan ditengah terlelapnya malam. Menerawang langit acap kali mudah terjadi diwaktu subuh Seakan menepik mata pedang, padahal itu hal yang mustahil. Lalu, dicobanya mengacak lengan Celakanya itupun juga mustahil Subuh, subuh! Selalu saja sama! Mahligainya insan yang peka terhadap rasa, mengambil bena terhadap cinta. Faizin Absárina ( Subuh - Getas, 2019-04-25 ) ( Ramadan Pertama )

PUISI : IMPERIAL DENDAM BERAHI

IMPERIAL DENDAM BERAHI Misteri dalam hati yang tersembunyi. Lubuk hati yang dalamnya tak mungkin terselami. Relung ekologi dalam hati yang tak lagi berpenghuni. Engkau yang memutuskan angkat kaki tanpa permisi. Raja bersimbahan darah. Kafilah kehilangan arah. Imperialisme tak lagi megah. Menjelma kerajaan antah-berantah. Hancur berantakan porak-poranda. Dari hulu ke hilir membusungkan dada. Raja dan ratu beradu mulut di batas negara. Aberasi cinta bumbu perang dunia. Anatomi imperial dendam berahi. Puisi sabda hati yang menjelma bait suci. Di sisi laut mati. Kisah ini diakhiri. Faizin Absárina ( 07:57 am - Getas, 2020-06-21 )

PUISI : ELEGI MALAM SUNYI

ELEGI MALAM SUNYI "TAK BERTEPI" Dalam mencekamnya malam, kidung mendung kembali berdengung. Gemuruh rindu yang menyala-nyala dari balik kebunku yang rindang. Terdengar rintihan kekasih yang mengerikan pendengaran. Dapatkah ku rengkuh kembali jiwamu. Mampukah jauhnya ku tempuh. Dan kepada raganya untuk kembali ku sentuh. Bercerita mengenai keberadaanmu. Meriuhkan jiwa yang tenang nan tentram. Memporak-porandakan rindangnya perasaan. Merubah kesuburan menjadikannya kemarau berkepanjangan. Jatuh menangisi dan tersungkur. Nyawamu yang memaksa menyusup ngawur. Mencipta raga dan jiwa yang tak pernah akur. Apa jadinya jika kau tak angkat kaki. Bagaimana jika engkau terus begini. Mungkin saja hidup ini bak elegi tak bertepi. Menjelma pulau-pulau tak berpenghuni yang hampir mati. Pergilah kasih. Jangan hanya singgah. Jangan berdiam disini. Aku enggan kita ber-elegi. RIN Abasárina ( 11:35 pm - Getas, 2020-07-26 )